Bendungan Proyek Strategis Swasembada Pangan

Bendungan Proyek Strategis Swasembada Pangan

Proyek bendungan mennuju Indonesia swasembada pangan--disway.id

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Strategi besar mewujudkan Lumbung Pangan Indonesia yaitu salah satunya dengan membagun 15 bendungan & irigasi multifungsi.

 

 

Tertuang dalam instruksi Nomor 2 Tahun 2025 yang diteken Presiden Prabowo Subianto. Isinya percepatan pembangunan, serta operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi.

 

Inpres itu mengikat banyak pihak. Dari Kemenko Infrastruktur, Kemenko Pangan, Bappenas, Kementan, Kemenkeu, sampai Kemendagri. Semua harus duduk bareng.

 

Semua harus ikut mengalirkan air. Dalam arti sesungguhnya maupun kebijakan. Targetnya jelas: masa depan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.

 

Program ambisius pembangunan bendungan dan irigasi ini merupakan sebuah lompatan besar menuju kemandirian pangan, kemakmuran pedesaan, dan pondasi kokoh bagi Indonesia Emas 2045.

BACA JUGA:Danantara Akan Kuasai Pasar ASEAN

 

Ketahanan Pangan Nasional Melalui Air

 

Presiden Prabowo menempatkan pembangunan bendungan dan irigasi sebagai salah satu program prioritas utama dalam pemerintahannya.

 

Visi besarnya: Ketahanan pangan nasional berkelanjutan. Ini untuk memastikan setiap dapur di Indonesia terisi dan meningkatkan kesejahteraan petani secara signifikan.

 

Dengan populasi yang terus bertumbuh, ketersediaan air yang memadai untuk pertanian adalah kunci mutlak untuk mencapai tujuan ini.

 

Tidak hanya berorientasi pada peningkatan produksi pangan. Tetapi juga pada adaptasi terhadap perubahan iklim dan pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien.

 

Anggaran Fantastis untuk Masa Depan Cerah 

 

Untuk mewujudkan visi monumental ini, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto telah mengalokasikan anggaran yang sangat signifikan: Rp 20,5 Triliun.

 

Meskipun angka pasti bisa bervariasi sesuai tahapan proyek, komitmen awal menunjukkan investasi triliunan rupiah.

 

Dana ini tidak hanya mencakup pembangunan bendungan baru. Tetapi juga rehabilitasi jaringan irigasi yang sudah ada, pembangunan embung, serta penerapan teknologi irigasi modern.

 

Angka tersebut menjadikannya salah satu investasi terbesar dalam sejarah Indonesia untuk infrastruktur air.

 

Alokasi ini diharapkan akan menciptakan efek berantai positif. Mulai dari penyerapan tenaga kerja, peningkatan aktivitas ekonomi lokal, hingga mendongkrak pendapatan petani.

BACA JUGA:Kucurkan Rp757 Triliun untuk Pendidikan, Prabowo Siap Cetak SDM Unggul

 

Program pembangunan bendungan dan irigasi ini memiliki sejumlah keunggulan dan manfaat multiguna. Yaitu:

 

Peningkatan Luas Lahan Irigasi: Dengan bendungan baru dan jaringan irigasi yang direhabilitasi, ribuan hektar lahan pertanian yang sebelumnya tadah hujan atau kekurangan air akan mendapatkan pasokan air yang stabil. Ini memungkinkan petani menanam dua hingga tiga kali setahun.

 

Ketahanan Pangan: Pasokan air yang terjamin akan mengurangi ketergantungan pada iklim dan musim, meminimalkan risiko gagal panen akibat kekeringan. Hal ini menjadi fondasi utama untuk mencapai swasembada pangan dan mengurangi impor komoditas pertanian.

 

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA): Banyak bendungan dirancang dengan potensi PLTA, yang akan berkontribusi pada pasokan energi bersih dan terbarukan. Ini mendukung komitmen Indonesia terhadap energi hijau dan mengurangi emisi karbon, sekaligus menyediakan listrik bagi masyarakat sekitar.

 

Pengendalian Banjir: Bendungan berperan penting dalam mengendalikan aliran sungai, menampung kelebihan air saat musim hujan, dan mencegah bencana banjir yang merugikan. Ini melindungi permukiman, lahan pertanian, dan infrastruktur lainnya dari kerusakan.

 

Penyediaan Air Baku: Bendungan juga berfungsi sebagai sumber air baku untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Ini krusial bagi kota-kota yang terus berkembang dan membutuhkan pasokan air bersih yang stabil.

 

Konservasi Lingkungan dan Pariwisata: Waduk yang terbentuk dari bendungan seringkali menjadi habitat baru bagi flora dan fauna, serta berpotensi dikembangkan menjadi destinasi ekowisata. Ini membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat sekitar melalui sektor pariwisata.

 

Penyerapan Tenaga Kerja: Proyek pembangunan skala besar ini akan menciptakan ribuan lapangan kerja, mulai dari tahap konstruksi hingga operasional dan pemeliharaan, serta pekerjaan di sektor pertanian yang lebih produktif.

BACA JUGA:TBC Bunuh 14 Orang Per Jam di Indonesia

 

Menjangkau Seluruh Nusantara 

 

Pembangunan bendungan dan irigasi ini dirancang untuk menyentuh seluruh wilayah Indonesia, dengan fokus pada daerah-daerah yang memiliki potensi pertanian tinggi namun masih menghadapi tantangan ketersediaan air.

 

Lokasi-lokasi ini dipilih berdasarkan studi kelayakan yang komprehensif, mempertimbangkan kebutuhan air, potensi lahan, serta dampak sosial dan lingkungan.

 

Beberapa contoh wilayah yang menjadi fokus program ini antara lain:

 

Pulau Jawa: Meskipun padat penduduk, Jawa masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan optimalisasi irigasi, terutama di daerah sentra produksi beras. Seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Rehabilitasi jaringan irigasi yang sudah menua dan pembangunan bendungan skala kecil menjadi prioritas.

 

Sumatera: Wilayah seperti Lampung, Sumatera Selatan, dan Aceh memiliki lahan pertanian luas yang sangat bergantung pada irigasi. Pembangunan bendungan baru di sungai-sungai besar akan membuka potensi lahan basah dan meningkatkan indeks pertanaman.

 

Kalimantan: Dengan lahan gambut dan pasang surut, Kalimantan membutuhkan sistem irigasi khusus yang tidak hanya mengalirkan air. Tetapi juga mengelola tata air gambut untuk pertanian berkelanjutan dan pencegahan kebakaran.

 

Sulawesi: Sentra pertanian seperti Sulawesi Selatan akan mendapatkan manfaat dari peningkatan kapasitas bendungan dan jaringan irigasi untuk komoditas pangan utama.

 

Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB): Daerah-daerah ini sering menghadapi kekeringan panjang. Pembangunan embung dan bendungan kecil sangat krusial untuk menampung air hujan dan menyediakan air irigasi sepanjang tahun, mengubah lahan kering menjadi produktif.

 

Papua: Dengan potensi lahan yang sangat luas dan belum tergarap maksimal, pembangunan infrastruktur irigasi di Papua akan menjadi kunci untuk mengembangkan lumbung pangan baru di masa depan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat.

 

Proyek-proyek ini tidak hanya berpusat pada mega-bendungan. Tetapi juga mencakup ribuan embung desa, irigasi tersier, dan sumur bor dalam untuk menjangkau petani di pelosok.

 

Ini adalah pendekatan holistik yang memastikan pemerataan akses air untuk pertanian di seluruh pelosok negeri.

 

Salah satu keunggulan utama program ini adalah integrasi multifungsi bendungan. Tidak hanya sebagai penyimpan air untuk irigasi, bendungan-bendungan ini juga dirancang untuk menghasilkan energi listrik melalui pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau surya (PLTS), mengurangi risiko banjir, dan menyediakan air baku untuk masyarakat.

 

Menurut data Kementerian Pekerjaan Umum (PU), program ini akan meningkatkan intensitas tanam hingga 300% di lahan irigasi, yang berarti produksi pangan seperti padi bisa melonjak secara signifikan.

BACA JUGA:Sekolah Garuda, Pendidikan Kelas Dunia

 

Menyebar dari Aceh Hingga Maluku 

 

Pada 2025 saja, pemerintah menargetkan pembangunan 17 bendungan baru, dengan fokus pada daerah-daerah yang membutuhkan dukungan irigasi intensif.

 

Aceh: Bendungan Rukoh di Kabupaten Pidie dan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara. Kedua bendungan ini akan mengairi ribuan hektare lahan pertanian, mengurangi banjir hingga 89%, dan menyediakan air baku untuk kebutuhan sehari-hari.

 

Sumatra Selatan: Bendungan Tiga Dihaji, yang akan memperkuat irigasi di wilayah selatan Sumatra.

 

Jawa Barat: Bendungan Cibeet dan Cijurey di Kabupaten Bogor, dirancang untuk mendukung pertanian di sekitar Jakarta dan mengatasi masalah kekeringan musiman.

 

Jawa Tengah: Bendungan Jlantah, dengan kapasitas tampung 10,97 juta m³, siap mengairi 1.494 hektare lahan dan menghasilkan listrik 0,6 MW.

 

  • Jawa Timur: Bendungan Bagong, yang akan meningkatkan produktivitas pertanian di Jatim.
  • Kalimantan Selatan: Bendungan Riam Kiwa, mendukung ketahanan pangan di Kalimantan.
  • Gorontalo: Bendungan Bulango Ulu, untuk irigasi dan pengendalian banjir di Sulawesi Utara.
  • Sulawesi Barat: Bendungan Budong-Budong, memperkuat sektor pertanian lokal.
  • Sulawesi Selatan: Bendungan Jenelata di Kabupaten Gowa.
  • Sulawesi Tenggara: Bendungan Pelosika.
  • Nusa Tenggara Barat (NTB): Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat, dengan kapasitas 12 juta m³, mengairi 1.559 hektare lahan dan potensi listrik 0,8 MW.
  • Nusa Tenggara Timur (NTT): Bendungan Mbay dan Manikin, dengan Bendungan Mbay mencapai progres 80,69% dan siap mendukung swasembada air di NTT.
  • Maluku: Bendungan Way Apu, untuk wilayah timur Indonesia.
  • Bali: Bendungan Sidan, dengan daya tampung 5,76 juta m³.
  • Kalimantan Timur: Bendungan Sepaku Semoi, mendukung pertanian di sekitar Ibu Kota Nusantara (IKN).

 

Lokasi-lokasi ini dipilih berdasarkan potensi pertanian dan kebutuhan air, memastikan program ini inklusif dan merata.

BACA JUGA:Mission: Lumbung Pangan!

 

Investasi Besar untuk Masa Depan 

 

Pemerintahan Prabowo alokasikan anggaran masif untuk program ini, menunjukkan komitmen tinggi terhadap ketahanan pangan.

 

Untuk penyelesaian 15 bendungan prioritas selama 2025-2029, dialokasikan Rp44,74 triliun.

 

Pada 2025, Kementerian PU mendapat pagu anggaran Rp116,23 triliun, dengan tambahan Rp40,59 triliun khusus untuk infrastruktur SDA.

 

Termasuk bendungan dan irigasi. Selain itu, untuk infrastruktur lumbung pangan pada RAPBN 2026, disiapkan Rp11,9 triliun.

 

Anggaran ini mencakup pembangunan bendungan baru, rehabilitasi jaringan irigasi seluas 15.000 hektare, dan peningkatan daerah irigasi 2.000 hektare.

 

Beberapa bendungan spesifik, seperti Bendungan Rukoh (Rp1,7 triliun), Keureuto (Rp2,73 triliun), Jlantah (Rp1,02 triliun), dan Meninting (Rp1,4 triliun), menunjukkan efisiensi penggunaan dana untuk manfaat maksimal.

 

Total, program ini akan menambah 259 bendungan di Indonesia hingga akhir 2025, dengan 11 inisiasi baru di era Prabowo.

 

Transformasi Ekonomi dan Lingkungan

 

Program bendungan dan irigasi Prabowo menawarkan kelebihan luar biasa yang membuatnya unggul dibandingkan inisiatif sebelumnya.

 

1. Peningkatan produksi pangan: Dengan irigasi yang lebih baik, lahan pertanian bisa panen tiga kali setahun, mendukung swasembada pangan yang menjadi visi utama Prabowo.

 

Bendungan seperti Mbay di NTT akan menyuplai air untuk 6.000 hektare lahan, meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani.

 

2. Pengendalian banjir dan mitigasi bencana: Bendungan dirancang untuk mengurangi banjir hingga 90% di daerah rawan. Seperti di Aceh dan Jawa. Ini menyelamatkan ribuan hektare lahan dan infrastruktur, menghemat biaya pemulihan pasca-bencana.

 

3. Penyediaan air baku dan energi: Setiap bendungan menyediakan air bersih untuk masyarakat, seperti 0,90 m³/detik dari Bendungan Rukoh. Plus, potensi PLTA dan PLTS hingga ratusan MW, mendukung transisi energi hijau.

 

Keunggulan lainnya adalah dampak ekonomi: Penciptaan lapangan kerja ribuan orang selama konstruksi, pertumbuhan UMKM di sekitar bendungan, dan peningkatan nilai tambah pertanian.

 

Program ini juga ramah lingkungan, dengan teknologi seperti Building Information Modeling (BIM) untuk efisiensi, dan integrasi dengan program lain. Seperti Makan Bergizi Gratis dan Sekolah Rakyat.

 

Program ini juga melibatkan perusahaan BUMN seperti Waskita Karya dan Brantas Abipraya, memastikan kualitas dan ketepatan waktu.

 

Percepatan Pembangunan

 

Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada anggaran dan lokasi, tetapi juga pada kolaborasi multi-pihak dan pemanfaatan teknologi canggih.

 

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai pelaksana utama, bekerja sama erat dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pemerintah daerah, hingga masyarakat lokal.

BACA JUGA:Sekolah Garuda, Pendidikan Kelas Dunia

 

Pemanfaatan Teknologi Menjadi Kunci: 

 

Sistem Irigasi Modern: Penerapan irigasi tetes, irigasi sprinkler, dan irigasi presisi berbasis sensor untuk menghemat air dan meningkatkan efisiensi penyiraman.

 

Geospatial Technology: Penggunaan citra satelit dan sistem informasi geografis (GIS) untuk perencanaan lokasi, pemantauan progres, dan evaluasi dampak proyek.

 

Bahan Konstruksi Inovatif: Penggunaan material yang lebih kuat, tahan lama, dan ramah lingkungan untuk pembangunan bendungan dan saluran irigasi.

 

Manajemen Air Terintegrasi: Implementasi sistem smart farming dan manajemen DAS (Daerah Aliran Sungai) terpadu untuk optimalisasi penggunaan air dari hulu ke hilir.

 

Dengan pendekatan ini, proyek pembangunan bendungan dan irigasi tidak hanya mengejar target fisik.

 

Tetapi juga mendorong transfer pengetahuan dan teknologi kepada petani, menjadikan mereka lebih adaptif dan produktif di era modern.

 

Bendungan Konsep Multifungsi

 

Wakil Menteri Pekerjaan Umum, Diana Kusmastuti mengatakan pihaknya memegang peran strategis dalam menyediakan infrastruktur bendungan dan irigasi sebagai salah satu pendukung untuk tercapainya target swasembada pangan nasional.

 

"Proyek bendungan dan irigasi merupakan wujud konkret dukungan Kementerian PU terhadap visi Asta Cita Presiden Prabowo, khususnya dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional," kata Diana kepada Disway.id, pada Jumat, 29 Agustus 2025.

 

Dalam pelaksanaannya, kata Diana, Kementerian PU bersama dengan Kementan mendukung terwujudnya swasembada pangan.

 

Kementan menjadi leading sector, sedangkan Kementerian PU hadir sebagai mitra strategis yang menyediakan infrastruktur bendungan dan irigasi

 

"Memastikan ketersediaan pasokan air irigasi untuk mendukung produktivitas pertanian," tuturnya.

 

Angkanya juga sudah disampaikan. Sebagai salah satu program prioritas hingga 2029, dukungan Kementerian PU diwujudkan melalui pembangunan irigasi seluas 180 ribu hektar dan rehabilitasi jaringan irigasi seluas 1,3 juta hektar.

 

Selain itu, masih kata Diana, bendungan juga mendukung ketahanan energi. Melalui Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTMH), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung.

 

"Sekaligus memberikan manfaat publik seperti pengendalian banjir dan penyediaan air baku," urainya.

 

"Dengan pendekatan ini, Kementerian PU memperkuat fondasi ketahanan pangan nasional dan mendukung visi kedaulatan pangan Indonesia," papar Diana.

 

Kementerian PU merancang bendungan dengan konsep multifungsi untuk mendukung swasembada pangan dan ketahanan energi sesuai Asta Cita Presiden Prabowo.

 

Selain menyediakan air irigasi untuk mendukung ketahanan pangan, bendungan ini juga berfungsi dalam pengendalian banjir, penyediaan air baku, dan mendukung energi baru dan terbarukan.

 

"Seperti PLTA, PLTS terapung dan potensi mini-hidro, serta pengembangan pariwisata dan ekonomi lokal," ungkapnya.

 

Dengan pendekatan ini, infrastruktur tidak semata-mata untuk pertanian. Namun juga memperkuat ketahanan pangan, air dan energi nasional secara menyeluruh.

 

"Bendungan juga dikembangkan sebagai destinasi pariwisata, menciptakan nilai tambah ekonomi lokal yang berkelanjutan," imbuhnya.

 

Kementerian PU Melanjutkan Pembangunan 15 Bendungan Strategis, Yaitu:

 

1. Bendungan Way Apu (Maluku)

 

2. Bendungan Jragung (Jawa Tengah)

 

3. Bendungan Bulango Ulu (Gorontalo)

 

4. Benudngan Manikin (NTT)

 

5. Bendungan Budong-Budong (Sulawesi Barat)

 

6. Bendungan Bagong (Jawa Timur)

 

7. Bendungan Bener (Jawa Tengah)

 

8. Bendungan Mbay (NTT)

 

9. Bendungan Tiga Dihaji (Sumatera Selatan)

 

10. Bendungan Karangnongko (Jawa Tengah)

 

11.Bendungan Cijurey (Jawa Barat)

 

12. Bendungan Jenelata (Sulawesi Selatan)

 

13. Bendungan Cabean (Jawa Tengah)

 

14. Bendungan Cibeet (Jawa Barat)

 

15. Bendungan Riam Kiwa (Kalimantan Selatan)

 

Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menyampaikan proyek-proyek ini merupakan bagian dari upaya memperluas jaringan irigasi untuk mendukung ketahanan pangan.

 

"Melalui kolaborasi dengan Kementan, bendungan-bendungan ini dirancang untuk mengairi lahan pertanian baru dan merehabilitasi lahan existing, memastikan pasokan air yang stabil untuk mendukung intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian," tukasnya.

 

Di era Prabowo, infrastruktur ini benar-benar sedang disiapkan. Bukan hanya untuk sawah. Tapi juga untuk energi. Bahkan untuk kehidupan sehari-hari masyarakat.

 

Kementerian Pekerjaan Umum menyebutnya investasi jangka panjang. Satu bendungan, tiga manfaat besar. Pangan. Energi. Publik.

BACA JUGA:Gebrakan Prabowo: 3 Juta Rumah

 

Program bendungan dan irigasi Kementerian PU memiliki manfaat strategis yang nyata dan luas, khususnya dalam tiga aspek kunci:

 

1. Ketahanan Pangan: 

 

Diana menyampaikan, Kementerian PU berkolaborasi dengan Kementan untuk memastikan pasokan air irigasi yang berkelanjutan mendukung produktivitas pertanian di wilayah rawan kekeringan,dengan manfaat utamanya antara lain:

 

Irigasi berkelanjutan memastikan pasokan air stabil sehingga mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan.

 

Peningkatan Indeks Pertanaman (IP) dari satu kali panen menjadi dua bahkan tiga kali panen per tahun.

 

Efisiensi pemanfaatan air, dimana air dapat dikelola dan didistribusikan sesuai kebutuhan musim tanam, mendukung pertanian modern dan produktivitas pangan nasional.

 

“Diversifikasi komoditas membuka peluang pengembangan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi yang membutuhkan pasokan air stabil," kata wanita kelahiran Surakarta ini.

 

2. Ketahanan Energi: 

 

Bendungan bukan cuma menyimpan air. Tapi juga listrik. Dari PLTA, PLTMH, sampai PLTS terapung. Energi bersih, ramah lingkungan.

 

Listrik murah untuk desa sekitar. Industri kecil ikut hidup. UMKM ikut menyala. Dan target Net Zero Emission? Bisa lebih cepat tercapai.

 

"Mendukung transisi energi: Menjadi bagian dari bauran energi nasional menuju target Net Zero Emission," urainya.

 

"Keberlanjutan energi lokal: Mendukung industri, UMKM, dan layanan publik di wilayah sekitar bendungan dengan pasokan energi yang stabil," tambah Diana

 

3. Manfaat Publik: 

 

- Pengendalian banjir: Mengurangi risiko kerugian ekonomi dan korban jiwa akibat banjir musiman.

 

- Ketersediaan air baku: Memastikan pasokan air untuk kebutuhan rumah tangga,industri, dan kota, terutama di wilayah perkotaan dan industri.

 

- Pengembangan ekonomi lokal: Meningkatkan lapangan kerja saat pembangunan maupun operasional, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya air

 

- Pariwisata dan edukasi: Bendungan sering menjadi destinasi wisata dan pusat edukasi pengelolaan sumber daya air.

 

- Ketahanan terhadap perubahan iklim: Menjadi infrastruktur adaptasi yang membantu mengatur ketersediaan air saat terjadi perubahan pola curah hujan

 

Diana menambahkan, secara strategis, pembangunan bendungan adalah investasi jangka panjang yang mendukung ketahanan pangan, mendorong pemanfaatan energi bersih, dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

 

"Dengan pengelolaan yang tepat,bendungan menjadi infrastruktur kunci untuk mencapai ketahanan nasional dan keberlanjutan lingkungan," tukasnya.

 

Bendungan Harus Bawa Manfaat Nyata Bagi Petani 

 

Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Johan Rosihan, menilai program pembangunan 15–17 bendungan baru dan jaringan irigasi modern yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto merupakan langkah penting dalam memperkuat ketahanan pangan, air, dan energi nasional.

 

Menurutnya, bendungan bukan hanya proyek infrastruktur. Tetapi juga harus menjadi instrumen nyata untuk mendongkrak produktivitas dan kesejahteraan petani.

 

“Saya sangat mendukung program pembangunan bendungan, tapi perlu ditekankan: manfaatnya harus benar-benar sampai ke sawah dan ladang rakyat, bukan berhenti di beton bendungan,” ujar Johan saat dikonfirmasi disway pada Kamis 28 Agustus 2025.

 

Politikus asal Pulau Sumbawa ini menambahkan pembangunan bendungan harus dipahami sebagai bagian dari ekosistem pertanian yang lebih besar.

 

“Yang dibutuhkan petani bukan sekadar air mengalir, tapi sistem irigasi yang menyeluruh hingga ke saluran tersier dan kuarter. Kalau tidak, bendungan hanya jadi proyek mercusuar,” tegasnya.

 

Lebih lanjut, Johan menyebut dirinya menaruh perhatian serius pada bagaimana pembangunan bendungan ini dikaitkan langsung dengan peningkatan indeks pertanaman dan pengembangan lumbung pangan berbasis kawasan.

 

Ia menilai partisipasi petani sejak tahap perencanaan hingga pemanfaatan air harus diperkuat.

 

“Petani harus dilibatkan sejak awal, termasuk dalam tata kelola air. Kalau tidak, kita hanya akan melihat bendungan besar. Tapi sawah kekeringan,” jelasnya.

 

Terkait anggaran, Johan menilai perlu ada sinergi lintas kementerian untuk memastikan efektivitas program ini.

 

“Ketahanan pangan tidak bisa dikerjakan Kementerian Pertanian sendiri. Harus ada integrasi dengan Kementerian PUPR, Kementerian Desa. Juga pemerintah daerah. Bahkan kalau perlu, Bappenas dan Kemenkeu sejak awal menyusun kerangka pendanaannya secara terpadu,” jelasnya.

 

Johan menyatakan dirinya akan terus mengawal isu ini secara personal. Khususnya untuk memastikan petani di daerah tertinggal, kepulauan, dan kawasan rawan air seperti Nusa Tenggara Barat juga menjadi bagian dari prioritas pembangunan infrastruktur air nasional.

 

“Petani kecil di daerah kering itu bukan beban, tapi potensi. Asal ada air dan dukungan infrastruktur, mereka bisa jadi ujung tombak swasembada pangan kita,” pungkasnya.

BACA JUGA:Sekolah Rakyat Prabowo 2025: Gratis dan Mewah

 

Dukung Ketahanan Pangan Nasional

 

Bendungan merupakan struktur buatan berupa urugan tanah, batu, atau beton yang dibangun di sungai dalam menahan dan menampung aliran air.

 

Dengan adanya bendungan dapat menyimpan air pada musim hujan agar digunakan saat musim kemarau dan juga irigasi.

 

Bendungan di Indonesia yang digunakan untuk irigasi sampai saat ini telah mengairi 328 Daerah Irigasi yang meliputi Sumatera dengan luas 122.458 Ha, Jawa seluas 193.608 Ha, Kalimantan dengan seluas 6.672 Ha, Bali dan Nusa Tenggara seluas 26.321 Ha, kemudian Sulawesi seluas 38.611 Ha dan Maluku seluas 5.899 Ha.

 

Dalam ketahanan pangan, pembangunan bendungan dan saluran irigasi memungkinkan petani tetap mendapatkan pasokan udara yang cukup pada musim kemarau.

 

Sehingga kebutuhan konsumsi masyarakat tetap terpebuhi bahkan panen dapat ditingkatkan hingga tiga kali lipat.

 

Pengamat Pertanian Dwi Andreas menjelaskan pentingnya bendungan ini.

 

"Sangat penting. Entah bendungan, waduk atau dam itu sangat penting, kalau memang betul tepat sasaran," ujar Dwi kepada Disway pada Kamis, 28 Agustus 2025.

 

Menurutnya tanaman, menjadi salah satu kunci penting adalah tata kelola air.

 

Guru Besar Fakultas Pertanian IPB ini menerangkan apabila air hujan yang dikelola bisa bermanfaat ketika kemarau dan dapat digunakan untuk pengairan. Yang terpenting mendukung program keahanan pangan nasional.

 

Terpisah Pengamat Tata Kota, Nirwono Yoga menjelaskan pembangunan bendungan harus diperbanyak.

 

"Untuk mendukung ketahanan air, pangan, dan energi sebagai satu kesatuan," ujar Nirwono kepada disway.

 

Ia berpendapat setidaknya ada 10 pembangunan bendungan dalam satu tahun. Harapannya 50 bendungan baru untuk mengajar ketertinggalan dengan negara lain.

 

Dia juga berharap Ke,enterian Pekerja Umum (PU) harus merawat bendungan yang sudah ada. Terutama bendungan yang usianya sudah 20 tahun.

 

"Agar dapat berfungsing secara optimal dan aman secara konstruksi," tegasnya.

 

Lebih lanjut, bendungan harus didukung dengan irigasi yang memadai ke sentra pertanian. Tujuannya mendukung ketahanan pangan, penyediaan air bersih perkotaan, serta pengendalian banjir.

 

Selain itu, dengan adanya bendungan bisa melakukan penegmbangan energi baru terbarukan. Seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung dalam mendukung ketahanan energi.

 

Program ini adalah investasi pada air. Tanah. Petani. Dan pada masa depan bangsa. Setiap tetes air yang mengalir dari bendungan adalah harapan baru bagi ketahanan pangan dan kemajuan Indonesia.

 

Dengan sinergi seluruh elemen dan dukungan rakyat, Indonesia akan melangkah mantap menuju swasembada pangan dan kemajuan ekonomi yang inklusif. (tim liputan khusus disway)

 

Artikel ini sudah tayang di disway.id dengan judul 'Bendungan Solusi Pangan Nasional'

Sumber: