Danantara Akan Kuasai Pasar ASEAN

Danantara Kuasai ASEAN-dhimas fin-radarpena.co.id Disway group
sultra.disway.id - Indonesia tengah menapaki babak baru dalam panggung investasi global lewat kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Lembaga yang dijuluki “sovereign wealth fund” (SWF) terbaru milik Indonesia ini digadang-gadang bakal melampaui dua raksasa investasi Asia Tenggara: Temasek Holdings (Singapura) dan Khazanah Nasional (Malaysia) dalam beberapa tahun ke depan.
Optimisme terhadap masa depan Danantara tak hanya datang dari pemerintah. Sejumlah analis dan pakar ekonomi pun menaruh harapan besar pada entitas ini, yang dinilai sebagai simbol dari keberanian, inovasi, dan visi jangka panjang Indonesia dalam menata ulang kekuatan ekonominya.
“Danantara memiliki potensi jauh lebih besar dari Temasek dan Khazanah Nasional,” ungkap Muhammad Wafi, Head of Research di Korea Investment & Sekuritas Indonesia, dalam keterangannya kepada Disway.id pada Selasa (29/7/2025).
Menurut Wafi, aset-aset yang dikelola Danantara sangat strategis karena mayoritas berasal dari BUMN, sektor yang menyentuh langsung hajat hidup masyarakat dan sumber daya alam nasional. Hal ini memberi nilai tambah yang tidak dimiliki oleh SWF negara lain.
“Kalau kita lihat, aset-aset yang dikelola Danantara kebanyakan adalah BUMN. Dan kalau merujuk ke konstitusi, pengelolaan aset publik tersebut memang diperuntukkan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,” ujar Wafi.
Saat ini, Danantara memegang kendali atas aset milik BUMN dengan total nilai mencapai Rp14.715 triliun atau setara USD 900 miliar. Dengan mandat langsung dari Presiden Prabowo Subianto, Danantara diberi tugas strategis untuk mengonsolidasikan 844 BUMN, termasuk entitas anak, cucu, dan cicit perusahaan pelat merah, sekaligus mengoptimalkan seluruh potensi ekonominya.
Aset-aset yang dikelola Danantara mencakup BUMN besar yang sudah tercatat di pasar modal seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Pertamina (Persero), dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Langkah besar ini dinilai sejalan dengan visi besar pemerintah menuju Indonesia Emas 2045, di mana efisiensi, daya saing global, dan pertumbuhan inklusif menjadi target utama.
Lebih dari sekadar konsolidasi, Danantara juga diharapkan mampu menarik investasi asing langsung (FDI) dalam skala besar. Keberadaan sektor strategis seperti energi, pertambangan, dan infrastruktur dinilai sangat menarik di mata investor global.
"Dalam jangka panjang, prospeknya sangat positif. Harapannya Danantara bisa menjadi pemersatu dan penggerak utama BUMN agar lebih efisien dan kompetitif di kancah global," tambah Wafi.
Tak hanya berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, kehadiran Danantara juga diyakini mampu mendorong pertumbuhan pendapatan daerah, mempercepat pembangunan nasional, hingga memperkuat posisi Indonesia di peta ekonomi dunia.
Dengan fondasi kuat, mandat besar, dan potensi aset luar biasa, Danantara kini bersiap mencetak sejarah sebagai kekuatan ekonomi baru dari Asia untuk dunia.
Menata BUMN yang ‘Amburadul’
Salah satu misi super berat yang diemban Danantara adalah menata BUMN. Wafi menyebut kondisi BUMN yang ada di Indonesia ‘amburadul’.
“Itulah realitas yang kita lihat di beberapa BUMN. Struktur kepemilikan yang tumpang tindih, lini bisnis tidak focus. Kinerja keuangan yang terseok-seok," urainya.
Di sinilah peran krusial Danantara. Sejak bertransformasi menjadi holding BUMN yang berfokus pada restrukturisasi dan revitalisasi, Danantara memikul beban ekspektasi yang sangat tinggi.
Mandatnya jelas: menciptakan sinergi, meningkatkan efisiensi dan pada akhirnya, mendongkrak nilai BUMN agar dapat menjadi pilar ekonomi yang kokoh.
"Ekspektasi dan potensinya sebenarnya cukup positif. Karena seperti yang kita ketahui BUMN-BUMN di Indonesia banyak sekali yang dari sisi kinerjanya belum optimal. Pengelolaan asetnya pun begitu. Bisa dibilang kurang baik. Diharapkan Danantara bisa memgonsolidasi merapikan struktur dari BUMN-BUMN ini," tegas Wafi.
Perjalanan Danantara menata BUMN tentu tidak mulus. Penuh dengan tantangan kompleks.
Salah satu yang paling fundamental adalah kerumitan memetakan kondisi riil masing-masing BUMN. Jumlahnya banyak. Beragam model bisnis.
"Kami melihat potensi besar di beberapa BUMN. Tapi realisasinya seringkali tertunda karena berbagai faktor. Mulai dari resistensi internal, masalah hukum, hingga dinamika politik," ungkapnya.
Nah, Danantara berada di posisi cukup sulit. Harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan bisnis, sosial dan politik. Tugas yang tidak mudah. Perlu kejelian. Perlu keberanian luar biasa.
Dalam menghadapi tantangan ini, Danantara mencoba berbagai strategi inovatif. Salah satu pendekatan utama adalah integrasi melalui pembentukan sub-holding.
Danantara mengelompokkan BUMN dengan lini bisnis sejenis untuk menciptakan skala ekonomi. Menghilangkan duplikasi. Meningkatkan efisiensi operasional.
Contohnya adalah integrasi BUMN di sektor pangan atau manufaktur. Integrasi ini diharapkan dapat menciptakan sinergi yang lebih besar.
Selain itu, Danantara juga gencar melakukan revitalisasi. Tidak hanya menyuntikkan modal. Tetapi juga melakukan perombakan manajemen yang signifikan.
Perbaikan tata kelola perusahaan yang transparan. Perumusan strategi bisnis yang lebih adaptif terhadap dinamika pasar.
Ini berarti melakukan divestasi atau penggabungan beberapa entitas BUMN yang sudah tidak efisien. Tujuannya efektivitas portofolio secara keseluruhan.
Tanpa entitas yang fokus pada restrukturisasi, kondisi beberapa BUMN mungkin akan semakin memburuk. Bahkan bisa jadi beban bagi negara.
"Kita memahami ini adalah pekerjaan jangka panjang. Tidak bisa instan. Yang terpenting adalah konsistensi dalam implementasi strategi dan dukungan penuh dari pemerintah," lanjut Wafi.
Bukan hanya sekadar menata keuangan atau struktur organisasi. Tetapi juga membangun fondasi yang kokoh bagi BUMN.
Agar di masa depan, label ‘amburadul’ bisa diganti dengan efisien dan kompetitif.
BACA JUGA:Festival Energi Mineral 2025 Resmi Dibuka, Gaungkan Efisiensi Energi
Senada dengan pandangan tersebut, Kepala Riset dari PT Nusantara Kapital Sekuritas, Bramantyo Wijaya, turut mengamini prospek cerah Danantara.
"Temasek dan Khazanah cenderung berinvestasi pada perusahaan-perusahaan besar dan sektor-sektor tradisional. Danantara, di sisi lain, sangat gesit dalam mengidentifikasi peluang di sektor-sektor baru, teknologi disruptif, dan ekonomi berbasis komunitas," terang Bramantyo.
Dia menegaskan kapasitas Danantara untuk menciptakan nilai bukan hanya dari investasi pasif.
Tetapi juga dari pengembangan ekosistem bisnis yang terintegrasi. Hal ini menjadikan Danantara pemain yang sangat unik dan disruptif di pasar investasi.
“Inilah keunggulan kompetitif yang membedakan Danantara dari model lembaga investasi konvensional,” imbuhnya.
Kekuatan Aset Strategis
Temasek dan Khazanah mengandalkan portofolio global. Tapi Danantara punya aset BUMN yang menguasai sektor vital: energi, tambang, logistik, dan infrastruktur.
Digitalisasi rantai pasok pertanian & perikanan oleh Danantara telah meningkatkan pendapatan petani & nelayan 3x lipat.
Model Bisnis Revolusioner
Temasek berinvestasi di perusahaan mapan. Sementara Danantara membangun dari nol dengan:
Mentorship startup & UMKM
Akses teknologi & pasar global
Pendidikan digital untuk talenta masa depan
Green Energy & Digital Economy
Khazanah masih bergantung pada sektor tradisional. Sedangkan Danantara menguasai energi terbarukan, AI dan fintech.
BACA JUGA:Miris! Siswa Kelas 3 SD di Muna Dipukul Kakak Kelas hingga Muntah Darah
Strategi Revolusioner Danantara
Proyeksi optimis Danantara tidak lahir dari ruang hampa. Melainkan didasari rekam jejak yang solid dan strategi pertumbuhan yang luar biasa dalam menciptakan dampak ekonomi positif.
Berbeda dengan pendekatan lembaga investasi konvensional yang hanya berfokus pada saham atau obligasi.
Danantara dikenal karena pendekatan ekosistem yang holistik dan inklusif. Tidak hanya berperan sebagai penyedia modal murni. Tapi juga bertindak sebagai katalisator pertumbuhan.
"Salah satu keunggulan Temasek dan Khazanah adalah skala dan kedalaman portofolio mereka. Sementara Danantara, fokusnya adalah segmen ekonomi baru dan ekonomi digital. Ini punya potensi pertumbuhan yang eksponensial," urai Bramantyo.
Danantara memiliki kemampuan masuk ke pasar yang belum tergarap. Kemudian menciptakan nilai. Bramantyo menyebut hal ini adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan entitas yang lebih besar dan cenderung konservatif.
Salah satu contoh dari keberhasilan pendekatan Danantara yaitu digitalisasi rantai pasok pertanian dan perikanan. Inisiatif ini telah mentransformasi sektor-sektor tersebut. Dari hulu ke hilir.
Proyek-proyek ini tak hanya meningkatkan efisiensi operasional secara dramatis. Tetapi juga berhasil memberikan pendapatan lebih baik. Lebih stabil. Khususnya bagi ribuan petani dan nelayan di berbagai daerah.
Dampak sosial dan ekonomi yang dihasilkan sangat konkret dan berkelanjutan. Demikian pula, investasi strategis dalam pendidikan berbasis teknologi.
Proyek ini telah melahirkan talenta-talenta digital baru yang sangat dibutuhkan oleh industri 4.0. Tujuannya mengisi kesenjangan keterampilan dan mendorong inovasi.
BACA JUGA:Benarkah Izza Fadhila Pemeran Video 13 Menit 22 Detik 'Izza Blunder'? Ini Faktanya
"Danantara tidak hanya mengumpulkan aset. Mereka membangun aset. Menciptakan nilai ekonomi baru melalui inovasi dan pemberdayaan. Pendekatan ini jauh lebih dinamis dibanding model lembaga investasi konvensional," paparnya.
Pernyataan ini merangkum filosofi inti Danantara: menciptakan nilai jangka panjang melalui inovasi, pemberdayaan ekosistem dan dampak sosial yang positif. Bukan sekadar keuntungan finansial semata.
Magnet Investasi Baru Penggerak Ekonomi Indonesia
Proyek ambisius Danantara ini digadang-gadang sebagai salah satu mega proyek infrastruktur dan pengembangan kawasan terintegrasi terbesar di Asia Tenggara.
Kepala Riset PT Cakra Investama Sekuritas, Wisnu Handoyo menilai pembentukan Danantara untuk mengisi solusi inovasi.
"Danantara bukan sekadar pemain baru. Mereka adalah disruptor yang mampu melihat celah dan mengisinya dengan solusi inovatif," kata Wisnu saat diwawancara Disway pada Selasa 29 Juli 2025.
Menurutnya, Danantara memiliki potensi menciptakan ekosistem bisnis yang saling menguntungkan. Hal terseb akan berdampak positif pada banyak sektor.
" Ini menunjukkan Danantara bukan hanya melihat masalah. Tetapi juga membawa solusi yang transformatif,” kata Wisnu.
Danantara, lanjutnya, merupakan jembatan yang menghubungkan potensi-potensi tersembunyi di Indonesia dengan pasar yang lebih luas.
"Model bisnis mereka yang inklusif memungkinkan UMKM bersaing di level yang lebih tinggi. Secara langsung ini akan menggerakkan roda perekonomian dari bawah,” tuturnya.
Selain itu, investasi Danantara dalam sektor energi terbarukan juga menjadi sorotan.
Dengan komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan, Danantara tidak hanya berkontribusi pada pencapaian target emisi karbon nasional.
Tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di sektor-sektor hijau yang sedang berkembang pesat.
Terpisah, analis senior dari PT Naga Emas Sekuritas, Shinta Dewi menilai kekuatan utama Danantara terletak pada adaptabilitas dan kemampuan mengintegrasikan teknologi di tiap lini bisnisnya.
“Di era digital seperti sekarang itulah kunci untuk bertahan dan berkembang," jelas.
Dikatakan, kontribusi Danantara terhadap PDB Indonesia akan meningkat secara signifikan dalam 5 tahun ke depan. Terutama jika berhasil mengeksekusi rencana ekspansinya dengan baik.
Meskipun tantangan selalu ada, seperti persaingan pasar yang ketat, perubahan regulasi yang dinamis, serta fluktuasi ekonomi global, optimisme terhadap Danantara tetap membumbung tinggi.
"Tentu ada tantangan. Tetapi kita percaya Danantara memiliki fondasi yang kuat untuk menghadapinya," terang Shinta Dewi.
"Kapasitas berinovasi dan beradaptasi adalah aset terbesar. Jika mereka terus mempertahankan momentum ini, Indonesia akan merasakan dampak positif yang signifikan dari hadirnya Danantara," tutupnya.
Narasi positif Danantara bukan tanpa dasar. Sejak awal kemunculannya, Danantara telah menunjukkan konsistensi dalam mengembangkan bisnis.
Tidak hanya berorientasi profit. Tetapi memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan.
Proyek-proyek Danantara yang fokus pada pengembangan infrastruktur digital di daerah terpencil misalnya.
BACA JUGA:Energi Mineral Festival 2025, Rumah Besar bagi Ekosistem Energi Nasional
Ini telah membuka akses pendidikan dan ekonomi bagi jutaan penduduk yang sebelumnya terisolasi. Sekaligus menjembatani kesenjangan digital dan sosial.
Sejak resmi berdiri pada tanggal 24 Februari 2025, Danantara Indonesia, telah sukses membawa gelombang perubahan besar dalam perputaran keuangan di Indonesia.
Kekuatan utamanya terletak pada struktur kepemimpinan dan organisasi yang diisi oleh sosok-sosok profesional dengan rekam jejak global yang mumpuni.
Struktur Kepengurusan Danantara:
Board of Danantara:
Kepala Badan/Chief Executive Officer (CEO): Rosan Roeslani Memiliki pengalaman luas dalam diplomasi dan bisnis, memberikan kepemimpinan strategis yang kuat.
Chief Operational Officer (COO): Dony Oskaria
Ahli di bidang operasional yang akan memastikan efisiensi dan efektivitas dalam setiap langkah Danantara.
Chief Investment Officer (CIO): Pandu Sjahrir
Memiliki rekam jejak mumpuni di dunia investasi, yang akan memimpin strategi alokasi aset yang cerdas dan menguntungkan.
Dewan Pengawas:
- Erick Thohir
- Menteri BUMN yang memiliki pemahaman mendalam tentang seluk beluk perusahaan negara.
- Muliaman Hadad
- Berpengalaman di bidang keuangan dan regulasi.
- Para Menteri Koordinator
- Menjamin koordinasi dan sinkronisasi dengan kebijakan pemerintah.
- Menteri Sekretariat Negara
- Memastikan dukungan administratif dan kebijakan dari level tertinggi.
Dewan Pengarah:
- Joko Widodo (Jokowi)
- Presiden RI ke-7 memberikan arahan strategis jangka panjang.
- Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
- Presiden RI ke-6 memberikan perspektif dan nasihat berdasarkan pengalaman kepemimpinan negara.
Dewan Penasihat:
Ray Dalio
- Pendiri Bridgewater Associates, salah satu manajer hedge fund terbesar di dunia. Kehadirannya menunjukkan ambisi Danantara untuk belajar dari yang terbaik di kancah global.
Helman Sitohang
- Tokoh perbankan investasi global.
Jeffrey Sachs
- Ekonom terkemuka dunia, penasihat pembangunan berkelanjutan.
Chapman Taylor
- Merujuk pada ahli di bidang arsitektur/perencanaan kota atau investasi properti, membawa perspektif unik dalam pengembangan kawasan.
Thaksin Shinawatra
- Mantan Perdana Menteri Thailand, memberikan perspektif geopolitik dan ekonomi regional.
Komite Pengawasan dan Akuntabilitas:
Ketua PPATK, Ketua KPK, Ketua BPK, Ketua BPKP, Kapolri, Jaksa Agung
Komitmen kuat Danantara terhadap transparansi, anti-korupsi dan akuntabilitas. Sekaligus memberikan keyakinan epada publik dan investor.
Managing Director:
- Managing Director Legal: Robertus Bilitea
- Managing Director Risk & Sustainability: Lieng-Seng Wee
- Managing Director Finance: Arief Budiman
- Managing Director Treasury: Ali Setiawan
- Managing Director Global Relations & Governance: Mohamad Al-Arief
- Managing Director Stakeholder Management: Rohan Hafas
- Managing Director Internal Audit: Ahmad Hidayat
- Managing Director Human Resources: Sanjay Bharwani
- Managing Director/Chief Economist: Reza Yamora Siregar
- Managing Director Head of Office: Ivy Santoso
Komite Manajemen Risiko:
- John Prasetio
Komite Investasi dan Portofolio:
- Yup Kim
Holding Operasional (Managing Director):
- Agus Dwi Handaya
- Febriany Eddy
- Risk: Riko Banardi
Holding Investasi (Managing Director):
- Finance: Djamal Attamimi
- Legal: Bono Daru Adji
- Investment: Stefanus Ade Hadiwidjaja
Susunan kepengurusan ini, dilengkapi dengan penasihat kelas dunia dan pengawas dari lembaga-lembaga krusial.
Ini menunjukkan keseriusan dan kapabilitas Danantara memainkan peran dalam memaksimalkan investasi dan mengakselerasi transformasi ekonomi Indonesia.
Langkah Strategis Menuju Efisiensi
Salah satu sorotan utama lainnya adalah keputusan strategis memindahkan kepemilikan dan pengelolaan seluruh BUMN ke Danantara Indonesia menggunakan mekanisme inbreng.
Langkah ini sesuai amanah Undang-Undang BUMN No. 1 Tahun 2025. Ditandatangani Presiden Prabowo Subianto.
Kebijakan ini didukung Peraturan Pemerintah (PP) 15 Tahun 2025 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Biro Klasifikasi Indonesia untuk Pendirian Holding Operasional.
Juga Peraturan Pemerintah (PP) 16 Tahun 2025 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara RI ke dalam Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara.
Mekanisme inbreng ini bukan hanya hanya perpindahan administratif. Melainkan restrukturisasi fundamental yang diharapkan dapat menyatukan visi, menghilangkan duplikasi, dan meningkatkan sinergi di antara BUMN.
CEO Danantara Indonesia Rosan Roeslani, menegaskan Danantara Indonesia dibentuk untuk mewujudkan komitmen menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru. Prinsip yang diusung: trust, transparency, dan transformation.
“Dengan sinergi dan kerja keras, kami yakin dapat memberikan dampak seluas-luasnya bagi perekonomian Indonesia,” ujar Rosan.
Pernyataan ini menunjukkan visi yang kuat dan optimisme tinggi dari pucuk pimpinan Danantara.
Juru bicara Danantara Indonesia, Kania Sutisnawinata yang coba diwawancara Disway juga belum bersedia memberikan keterangan.
Game Changer Investasi Nasional
Peneliti ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Dyah Ayu, turut menyoroti potensi besar dengan hadirnya Danantara Indonesia.
Menurutnya, Danantara berpotensi menjadi game changer dalam membenahi situasi investasi nasional yang selama ini cenderung lesu.
“Secara struktural, kehadiran Danantara dapat menjembatani kesenjangan investasi. Terutama di sektor BUMN,” tutur Dyah saat dihubungi Disway pada Selasa 29 Juli 2025.
Menurutnya jika dibandingkan dengan SWF lain seperti Temasek Holdings di Singapura dan Khazanah Nasional di Malaysia, posisi Danantara Indonesia cukup unik. Meski masih tahap awal, potensinya luar biasa.
“Untuk mendekati kualitas seperti Temasek dan Khazanah, Danantara perlu membangun sistem transparansi, akuntabilitas, dan pelibatan publik. Termasuk membentuk mekanisme pemantauan independen,” saran Dyah untuk pengembangan konstruktif Danantara ke depan.
Dia menekankan dengan fokus pada sektor strategis seperti ketahanan pangan, energi terbarukan, dan hilirisasi industri, Danantara sangat berpotensi untuk memperkuat pondasi ekonomi nasional Indonesia.
Keberhasilan Ini Bergantung 2 Poin Penting:
Investasi harus diarahkan pada sektor yang berkelanjutan. Bukan yang ekstraktif seperti batu bara. Ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan global.
Dana investasi harus dialokasikan ke sektor riil dalam negeri. Bukan keuangan luar negeri. Tujuannya memastikan dampak langsung pada ekonomi domestik.
Dyah menambahkan Danantara juga harus menyalurkan dana secara selektif agar tidak menjadi beban fiskal.
“Contohnya ketika Danantara ingin berinvestasi ke Garuda, diharapkan Garuda Indonesia dapat melakukan restrukturisasi yang diarahkan pada efisiensi operasional. Penyesuaian strategi bisnis yang mampu bersaing. Ini penting agar pendanaan Danantara tidak sia-sia,” jelas Dyah.
Jika dana dikelola dengan tepat dan baik, Danantara dapat menjadi penggerak utama dalam mendorong efisiensi dan daya saing investasi di berbagai sektor prioritas.
Harapan Masyarakat dan Kebutuhan Transparansi
Pembentukan Danantara Indonesia yang berfungsi mengelola aset negara dan mengoptimalkan investasi untuk pertumbuhan ekonomi, telah membawa harapan besar bagi masyarakat.
Pengamat kebijakan publik, Trubus Rahardiansyah, mengatakan badan ini memicu harapan di pemerintah daerah.
Trubus menegaskan hadirnya Danantara dapat berperan besar dalam meningkatkan ekonomi dan membuka lapangan kerja baru. Terutama di bidang pertanian di daerah-daerah.
"Masyarakat berharap Danantara memiliki peran khusus terhadap penuntasan kemiskinan dan pembukaan lapangan kerja," kata Trubus kepada disway.id pada Selasa, 29 Juli 2025.
Menurutnya, Danantara diharapkan dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi. Juga menarik investor dan menciptakan kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat.
Trubus menyarankan agar Danantara tidak hanya melibatkan DPR dalam pengawasannya. Tetapi juga melibatkan lembaga-lembaga masyarakat, ahli, dan pakar dari perguruan tinggi.
"Dengan demikian, pengelolaan Danantara dapat lebih efektif dan akuntabel. Partisipasi multi pihak sangat penting," tuturnya.
Hal ini juga diamini oleh Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin. Dia menjelaskan Danantara harus konsisten menyampaikan hasil pemeriksaan dan laporan keuangan kepada masyarakat luas.
Keterbukaan ini adalah fondasi utama dalam membangun dan memelihara kepercayaan.
Samirin menekankan kredibilitas yang kuat adalah modal utama Danantara membentuk kepercayaan di seluruh lapisan masyarakat.
"Trust publik mulai muncul terutama karena tim manajemen yang didominasi oleh sosok profesional," ucap Samirin kepada Disway.id pada Rabu, 30 Juli 2025.
Ini adalah pengakuan atas kualitas jajaran pimpinan Danantara yang diisi individu-individu berintegritas dan berpengalaman.
"Yang terpenting, Danantara harus memperkuat terus trust tersebut. Caranya menjaga transparansi dan profesionalisme," lanjutnya.
Samirin secara tegas menyarankan Danantara harus berani menolak adanya intervensi politik atau kepentingan individu yang berpotensi menyebabkan penyelewengan dana.
Ini adalah tantangan terbesar bagi entitas yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah.
“Misalnya pemberian pinjaman kepada Kopdes (Koperasi Desa) oleh bank Himbara. Ini harus tetap menjalankan prinsip-prinsip analisa kredit yang professional. Dukungan program 3 juta rumah pun harus sesuai dengan kaidah investasi yang menjunjung tinggi good governance," tegas Samirin.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya objektivitas dan prinsip bisnis yang sehat dalam setiap keputusan investasi. Terlepas dari tekanan eksternal.
Potensi penyelewengan dana serta risiko lainnya memang tidak bisa diabaikan. Karena itu, Samirin menyarankan Danantara Indonesia harus berhati-hati dalam pemilihan investasi dan struktur organisasi di dalamnya.
"Risiko politisasi sangat besar. Dalam hal ini, Danantara harus benar-benar menjunjung tinggi merit system," terangnya.
Penekanan pada merit system (sistem meritokrasi) adalah jaminan penempatan posisi didasarkan pada kompetensi dan kinerja. Bukan faktor politis.
Mendongkrak Aset dan Efisiensi BUMN
Selain isu transparansi Samirin juga mengidentifikasi tiga tantangan utama yang menanti Danantara:
Aset Bernilai Tinggi yang Tidak Produktif:
Banyak BUMN memiliki aset fisik yang nilainya sangat tinggi. Namun tidak dimanfaatkan secara optimal. Bahkan terbengkalai. Contoh kawasan Gelora Bung Karno (GBK). Meskipun ikonik, namun belum mencapai potensi produktivitas ekonominya secara maksimal. Tantangan Danantara adalah bagaimana mengidentifikasi aset-aset tidur ini dan mengubahnya menjadi mesin pencetak nilai ekonomi.
BUMN Kurang Sehat, Butuh Restrukturisasi:
Beberapa BUMN berada dalam kondisi finansial kurang sehat. Bahkan memerlukan restrukturisasi segera. Kasus seperti Garuda Indonesia, BUMN Karya (konstruksi) dan BUMN Farmasi adalah contoh riil. Penanganan BUMN "sakit" dapat membebani keuangan Danantara di awal. Namun restrukturisasi yang berhasil akan menjadi kemenangan besar dan fondasi bagi pertumbuhan jangka panjang.
Risiko Politisasi:
Ini adalah tantangan kronis yang sering membayangi BUMN. Penugasan dari pemerintah. Danantara harus cerdik dalam menyeimbangkan mandat sosial dengan prinsip investasi yang sehat.
Samirin menggambarkan peran Danantara secara menyeluruh sebagai sebuah holding company yang di bawahnya adalah BUMN-BUMN.
"Holding company memaksimalkan Enterprise Value. Yaitu meningkatkan return investasi dan mengurangi cost, yang pada saat yang bersamaan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai holding sesuai dengan visi-misinya," jelas Samirin.
Untuk mencapai tujuan ini, Samirin merinci 4 aksi kunci yang dapat dilakukan Danantara sebagai holding:
Melakukan Restrukturisasi BUMN:
Melalui berbagai aksi korporasi seperti reorganisasi, merger, spin off, dll., untuk menciptakan sinergi dan efisiensi.
Optimasi Return Investasi:
Menempatkan lebih banyak investasi pada sektor yang memberikan return tinggi. Mengurangi investasi pada sektor yang memberikan return rendah, sesuai prinsip alokasi modal yang cerdas.
Menjalankan Talent Management:
Merekrut talenta terbaik dari luar. Meningkatkan kapasitas talenta yang ada di dalam, dan menempatkan talenta terbaik di tempat-tempat strategis. Selain itu, memastikan SDM berkualitas menjadi penggerak utama.
Governance Terjaga dengan Baik:
Menyusun dan mengimplementasikan Investment Policy, SOP, dan internal audit yang solid, untuk menjamin akuntabilitas dan mencegah penyimpangan.
Tujuan utama Presiden Prabowo Subianto memberikan mandat kepada Danantara Indonesia adalah menarik investor agar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Kita punya modal terbatas untuk investasi. Dalam 10 tahun terakhir itu rata-rata pertumbuhan ekonomi cuma 5%. Karena rasio investasi terhadap PDB itu selalu di bawah 30% antara 28% sampai 29%," kata Pengamat BUMN, Herry Gunawan saat dihubungi Disway.
Angka tersebut mengindikasikan ada ruang besar untuk peningkatan investasi. Targetnya mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.
Menurut Herry, yang dapat dilakukan Danantara adalah dengan dana yang dimiliki, harus mampu menarik investor. Terutama investor asing.
"Jadi itu yang dimaksud dengan meningkatkan aset. Danantara, lanjutnya, tidak boleh hanya menjadi fund manager pasif.
Investasi di sektor riil adalah kunci untuk menciptakan lapangan kerja. Meningkatkan produksi, dan memberikan dampak ekonomi nyata.
Herry memberikan contoh: Jika Danantara hendak melakukan investasi senilai Rp10 triliun. Modal awalnya Rp5 triliun.
Maka Danantara harus proaktif mencari investor lokal maupun asing. Tujuannya menutupi kekurangan tersebut.
"Danantara taruh duit misalnya 50%. Nah 50% lagi cari investor asing atau investor lokal. Masuklah mereka ke situ. Sehingga kapasitasnya dengan uang 50% itu, Danantara punya investasi 100%. Kapasitasnya akan bertambah. Nilai asetnya menjadi Rp10 triliun dengan dana Rp5 triliun tadi," terang Herry.
Ini adalah strategi leverage yang cerdas untuk memaksimalkan dampak investasi dengan modal terbatas.
Dengan begitu, Danantara Indonesia dapat menghasilkan dividen atau keuntungan dari pengelolaan aset yang dijalankan oleh Chief Operating Officer (COO) holding operasional Danantara, Dony Oskaria, dan Chief Investment Officer (CIO) BPI Daya Anagata Nusantara, Pandu Sjahrir.
Harapannya, investasi yang dilakukan dapat menghasilkan imbalan dari akumulasi pengelolaan Danantara Indonesia.
Kemudian diinvestasikan lagi di sektor riil. Sehingga membuat pertumbuhan jumlah aset.
"Targetnya kan menjadi bagian mesin ya. Nah mesin itu mendorong perekonomian. Mesin yang tumbuh 8% seperti yang diinginkan Pak Prabowo," lanjutnya.
Herry juga mengingatkan Danantara tidak melakukan investasi ke luar negeri. Karena dapat mengakibatkan Capital Outflow (arus keluar modal) yang berdampak negatif pada penghasilan BUMN dan pertumbuhan ekonomi domestik.
Untuk itu, Danantara harus memiliki cara yang cerdas untuk menarik investor asing maupun lokal agar dapat menanamkan modalnya.
Sehingga transaksi di Indonesia akan semakin mengguncang bursa efek sekaligus mendongkrak ekonomi.
"Bagaimana membuat ini menjadi lebih prospektif dan memiliki nilai strategis. Maka dari hulunya Danantara harus punya skenario besar," jelas Herry.
Danantara Harus Jadi Trigger
Di sisi lain, Danantara harus memiliki pengelolaan strategi bisnis yang matang. Ini untuk memastikan pengelolaan di internalnya dilakukan dengan proper. Targetnya menarik investor mancanegara.
Menurutnya, jaminan good governance adalah magnet utama bagi investor. Yang terpenting, Danantara harus dapat melakukan pengecekan secara berkala atau random.
Pengecekan rutin itu dilakukan untuk mencegah terjadinya potensi penyelewengan, korupsi atau risiko lainnya.
Karena hal ini juga akan berdampak pada proyek atau calon proyek yang memiliki potensi untuk mengembangkan aset BUMN.
"Danantara harus melakukan audit secara berkala. Selain Dalam pengelolaan bisnis ada dua jenis control. Yang pertama sebelum proyek atau dalam proses secara reguler dijalankan perusahaan. Yaitu pengelolaan manajemen risiko," ujar Herry.
Dia berharap mandat yang diberikan Presiden Prabowo Subianto kepada Danantara dapat mendorong nilai investasi yang ditetapkan Kepala Negara.
"Bagi saya sih Danantara harus mampu menjadi trigger. Kalau sekarang modalnya Rp10 triliun, kemudian menjadikan asetnya menjadi Rp50 triliun. Kira-kira seperti itu," harapnya.
Tapi, aset Rp50 triliun itu bukan di kas Danantara. Tapi di dalam proyek atau di investasi sektoral. Dengan begitu investasi meningkat. Endingnya pertumbuhan ekonomi nasional membaik. Penyerapan tenaga kerja pun semakin besar.
Pentingnya Pemetaan Masalah
Pengelolaan untuk meningkatkan aset BUMN memang tidak mudah. Bahkan bisa dibilang sulit. Sulit banget.
Karena itu, Danantara harus memiliki beberapa pertimbangan atau strategi cerdas.
BUMN beserta anak, cucu dan cicitnya jangan selalu meminta suntikan dana dari APBN.
Hal itu disampaikan pengamat Ekonom INDEF, Esther Sri Astuti. Menurutnya, Danantara harus menangani permasalahan tersebut dalam mengelola aset BUMN. Caranya membentuk strategi dalam bidang bisnis. Model bisnis yang jelas. Yang paling penting mengenali karakter setiap cabang BUMN.
"Jadi, tidak mudah ya untuk mengelolanya. Apalagi di sebagian BUMN ada yang sehat. Ada yang sakit. Jadi ritmenya berbeda. Itu tantangannya. Nah, Danantara diminta untuk mengelola aset BUMN," jelas Sri Astuti saat dihubungi Disway pada Rabu, 30 Juli 2025.
Yang harus dilakukan Danantara untuk mengurangi potensi penurunan aset adalah mengenali satu per satu masalah di setiap BUMN.
"Danantara harus melakukan pemetaan dulu. Identifikasi masalah di setiap BUMN. Karakternya bagaimana. Problemnya apa saja. Punya aset apa. Kalau sudah diidentifikasi kan tahu apa yang harus dilakukan. Itu yang namanya policy based on research. Harus ada pemetaan dulu," paparnya.
Pendekatan berbasis data dan riset ini sangat penting untuk penanganan yang tepat sasaran.
Dengan begitu, Sri menggambarkan tindakan yang mesti diambil Danantara. Yakni harus selalu melakukan pemetaan.
"Base mapping-nya Temasek ya. Temasek di Singapura itu sebagai holding dari BUMN. Nah, Danantara posisinya kurang lebih seperti Temasek dan Khazanah," jelas Sri menunjuk pada benchmark kelas dunia.
Sri Astusi juga menyarankan kemunkinan dilakukan merger untuk BUMN yang model bisnisnya serupa.
“Biar lebih efektif gitu kan. Karena ada yang aktivitas atau aktivitas ekonominya sama. Karakternya juga sama. Apakah ini bisa disatukan. Jika memungkinkan merger untuk efisiensi,” tukasnya.
Danantara Indonesia harus dapat membuktikan kepada masyarakat bisa melakukan peningkatan aset BUMN seperti yang amanatkan Presiden Prabowo.
Ia berharap Danantara Indonesia bisa profitable hingga dapat meningkatkan aset BUMN.
"Saya berharap Danantara ini seperti halnya dengan sovereign wealth fund yang lain. Entah itu dalam bentuk infrastruktur atau terkait dengan, misalnya, mendorong untuk lebih tercipta valorisasi. Sehingga multiplier effect-nya itu ada di masyarakat Indonesia," harap Sri, menyoroti dampak positif bagi masyarakat.
Harapan Baru Bagi Kemajuan Bangsa
Terpisah, pakar ekonomi digital CELIOS, Nailul Huda, menilai berdirinya Danantara, investasi yang dihasilkan akan jauh lebih banyak dan berkualitas.
"Tujuan pembentukan Danantara adalah membuat BUMN menjadi lebih mandiri dan terbebas dari kepentingan birokrasi," tegas Nailul saat dihubungi Disway.
Dia menggarisbawahi akar masalah inefisiensi BUMN selama ini. Menurutnya, porsi investasi BUMN selama ini sangat rendah. Belum optimal.
Padahal, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 6 persen, diperlukan puluhan ribu triliun rupiah investasi.
Menurut Nailul, selama ini ruang gerak BUMN dibatasi oleh birokrasi. Karena berada di bawah Kementerian BUMN.
"Wewenang Kementerian BUMN masih besar. Pada Undang-Undang BUMN yang baru, Kementerian BUMN masih memegang saham seri A. Artinya pengangkatan direksi dan komisaris bergantung pada Kementerian BUMN. Dikhawatirkan ada dua matahari kembar dalam operasional BUMN," pungkas Nailul.
Menanggapi kekhawatiran ini, Juru Bicara (Jubir) Kementerian BUMN Putri Violla memastikan Kementerian BUMN akan fokus mengoptimalkan asetnya yang dikelola Danantara.
"Kementerian BUMN berfokus pada kontribusi BUMN untuk mendukung program pemerintah," ujar Putri.
Terkait teknis pengelolaan aset perusahaan plat merah di Danantara, Putri menegaskan hal itu sudah menjadi kewenangan Danantara.
"Sudah menjadi kewenangan Danantara terkait pengelolaan aset BUMN," jelas mantan presenter di salah satu stasiun televisi swasta ini.
Staf Khusus Menteri BUMN Bidang Strategi Komunikasi dan Hubungan Publik, Arya Sinulingga, saat dikonfirmasi Disway, enggan memberikan detail teknis.
Bahkan saat ditemui di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) usai laga Indonesia U-23 vs Thailand, Arya tetap tidak mau menjawab.
"Tanya langsung saja ke Danantara," ucap Arya. Dia menegaskan kewenangan teknis pengelolaan aset BUMN kini sepenuhnya berada di Danantara.
Dengan mandat yang jelas, tim profesional mumpuni dan visi yang ambisius untuk membenahi BUMN serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, Danantara tidak hanya akan menjadi kebanggaan Indonesia, tetapi juga akan menginspirasi dunia.
Danantara berdiri di ambang sejarah. Melalui visi yang jelas dan eksekusi yang tepat, Indonesia diyakini mampu menciptakan pemain global yang akan melampaui standar Temasek dan Khazanah.
Dengan semangat dan optimisme tinggi, Danantara bukan hanya sekadar entitas investasi. Tetapi harapan baru bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Artikel ini telah tayang di disway.id dengan judul Danantara Siap Lampaui Temasek & Khazanah
Sumber: