Miris! Siswa Kelas 3 SD di Muna Dipukul Kakak Kelas hingga Muntah Darah

Ilustrasi korban dipukul kakak kelas--ist
sultra.disway.id – Kasus dugaan kekerasan antarsiswa kembali mencuat, kali ini terjadi di sebuah Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Bhatalaiworu, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Seorang siswa kelas 3 harus menjalani perawatan intensif di RSUD Muna setelah diduga mengalami kekerasan fisik dari kakak kelasnya.
Peristiwa ini baru terungkap pada Kamis (24/7/2025), saat korban menolak pergi ke sekolah dan mengeluhkan sakit di sekujur tubuhnya. Keluarga pun langsung curiga dan menanyakan penyebabnya.
BACA JUGA:Gempa Magnitudo 4,2 Guncang Sultra, Warga Muna Rasakan Getaran Kuat
“Anaknya tidak mau sekolah, lalu bilang kalau dia dipukul kakak kelasnya, ditendang di dada, dan dipukul di bagian tubuh lainnya,” ungkap paman korban, Yadar, saat dikonfirmasi Rabu (30/7).
Yadar menyebut, sebelumnya korban tidak pernah mengeluh setiap pulang sekolah. Namun pada hari itu, sang keponakan mengaku tak sanggup bergerak karena tubuhnya terasa nyeri hebat.
Setelah sempat dipanggilkan tukang urut dan kondisinya sedikit membaik, korban malah mengalami gejala mengkhawatirkan—tidak bisa makan, muntah bercampur darah, dan mengeluh sakit hebat di perut. Pihak keluarga pun langsung melarikannya ke rumah sakit.
“Sudah sering dipukul, jadi bukan satu kali. Ini bukan masalah biasa, dan kami sedang siapkan laporan ke pihak kepolisian,” tegas Yadar.
Bukan Bullying
Menanggapi kasus ini, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Muna, Karim Darma, menegaskan bahwa insiden tersebut tergolong sebagai kekerasan fisik, bukan sekadar bullying.
BACA JUGA:Video Mencekam Viral! Rumah Doa GKSI Diserang di Padang, Dua Anak Jadi Korban
“Ini sudah masuk tindak kekerasan. Saya sudah konfirmasi ke kepala sekolah, guru, dan komite sekolah, memang benar ada siswa yang dirawat di rumah sakit karena dugaan kekerasan,” ujarnya.
Karim menjelaskan bahwa pihak sekolah awalnya tidak mengetahui penyebab korban masuk rumah sakit. Informasi resmi baru diterima pada Sabtu (26/7) setelah orang tua korban melapor.
Mirisnya, korban masih sempat mengikuti kegiatan sekolah berupa lari sehat usai kejadian pemukulan, yang mengindikasikan bahwa luka yang dideritanya mungkin sempat diabaikan atau tidak disadari tingkat keparahannya.
Namun, Karim tak menutup kemungkinan adanya faktor lain yang turut memperburuk kondisi korban. "Kita juga masih telusuri apakah ada penyebab tambahan di rumah atau faktor lain. Semuanya sedang dalam proses konfirmasi,” ujarnya.
Sumber: