Korban Banjir Kendari Mulai Alami Sakit, Kekurangan Obat hingga Selimut di Pengungsian

Banjir Kendari--ist
sultra.disway.id - Warga Kelurahan Lepo Lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, yang terdampak banjir mulai mengeluhkan gangguan kesehatan setelah mengungsi selama beberapa hari terakhir. Keluhan terbanyak meliputi demam, diare, dan penyakit kulit seperti kutu air.
Salah satu pengungsi, Niu Nasrah (54), mengungkapkan kondisinya yang semakin memburuk akibat minimnya fasilitas dasar dan kebutuhan pokok.
“Yang dibutuhkan sekarang terutama beras, air minum, dan obat-obatan. Kita pusing, kepanasan, kadang kehujanan, menggigil. Kalau dingin, sakit perut,” keluh Nasrah, Senin (30/6/2025).
BACA JUGA:Harga BBM Pertamina Naik Mulai 1 Juli 2025, Berikut Daftar Lengkap di Sulawesi
Posko Kesehatan Disiagakan
Menanggapi situasi darurat tersebut, Dinas Kesehatan Kota Kendari segera mendirikan posko layanan kesehatan di beberapa titik pengungsian.
Kepala Puskesmas Mokoau, Wa Ode Sitti Nurrokhmadani, mengatakan pihaknya mendirikan layanan darurat di Puskesmas Mokoau dan Lapangan Lepo Lepo.
“Keluhan paling banyak adalah demam, penyakit kulit, dan cedera ringan. Salah satu anggota BPBD juga alami kecelakaan ringan saat bertugas,” ujarnya.
Posko ini menyediakan pemeriksaan dasar, pemberian obat, serta ambulans untuk evakuasi bila diperlukan.
Sementara itu, tim kesehatan dari Klinik Pratama Sentra Meohai Kementerian Sosial RI juga telah turun langsung ke lapangan.
Setidaknya 15 warga telah menerima layanan medis, termasuk pemberian salep, obat pilek, dan kapsul untuk pegal-pegal.
BACA JUGA:Video Terbaru Aksi MsBreewc dengan Sesama Wanita Jadi Sorotan Netizen
“Rata-rata keluhan gatal-gatal di kaki, pegal-pegal, dan luka ringan,” kata Pipit Supriyanto Febrian, tenaga medis Kemensos.
Selain obat-obatan, warga juga mengeluhkan kekurangan makanan, air bersih, selimut, dan kasur. Kondisi tenda pengungsian yang lembap dan tidak tertutup sempurna memperparah keadaan. Warga berharap pemerintah dapat segera menambah pasokan logistik yang lebih layak.
“Kami tidur beralaskan tikar, selimut cuma satu untuk berdua. Hujan kadang masuk, malam kedinginan,” tutur warga lainnya.
Sumber: