Sudirman bahkan mengklaim bahwa video itu awalnya direkam oleh dirinya sendiri untuk mengetuk perhatian Pemerintah Daerah.
“Jalan itu jalan kabupaten, dan belum dapat anggaran perbaikan. Jadi kami swadaya,” katanya.
BACA JUGA:Sindikat Pencuri Belasan Laptop Bapenda Sultra Terungkap, Ternyata Pegawainya Sendiri
Sementara soal video masuk masjid pakai sepatu, ia menegaskan saat itu masjid belum digunakan karena sedang dalam tahap renovasi.
“Lagi angkat tegel di teras masjid, terus dipanggil suruh lihat pemasangan tegel dinding. Saat itu belum ada ibadah, dan saya langsung pulang ke kantor desa,” tambahnya.
Meski telah memberikan klarifikasi, permintaan maaf Sudirman tak serta-merta meredakan amarah netizen.
Banyak yang tetap mendesak agar Bupati Sinjai mengevaluasi kinerjanya. Bahkan, beberapa suara menyuarakan agar dilakukan pemakzulan.
“Saya minta maaf sebesar-besarnya. Tidak ada niat untuk menghina warga atau tempat ibadah,” tutup Sudirman.
Kasus ini jadi pengingat keras bahwa posisi pemimpin adalah amanah, bukan panggung untuk arogansi. Etika, empati, dan keteladanan adalah hal mendasar yang wajib dimiliki oleh pejabat publik, sekecil apapun jabatannya.
Dan yang pasti, di era digital seperti sekarang, kamera netizen bisa jadi “pengadilan rakyat” yang tak bisa dihindari.