sultra.disway.id – Jagat media sosial tengah diramaikan oleh video viral aksi tabrak lari yang melibatkan sebuah mobil dinas Propam Polres Tapanuli Selatan.
Namun yang mengejutkan, pelaku di balik kemudi bukanlah aparat kepolisian—melainkan remaja laki-laki berusia 16 tahun, yang ternyata anak dari seorang perwira polisi.
Lebih bikin geleng-geleng kepala, sang penumpang adalah seorang guru muda berusia 21 tahun yang mengenakan crop top dan jeans—menambah drama di balik insiden yang terjadi pada Minggu malam, 6 Juli 2025, di kawasan Jalan Pandu, Kota Medan.
BACA JUGA:Sindikat Pencuri Belasan Laptop Bapenda Sultra Terungkap, Ternyata Pegawainya Sendiri
Aksi Kejar-kejaran
Insiden ini jadi buah bibir warganet setelah Fifie Wijaya, pengemudi korban tabrak lari, mengunggah video aksi kejar-kejaran dengan mobil dinas yang kabur setelah menabrak mobilnya di tengah hujan deras.
"Wah gila, sudah menabrak lari! Gila ya!" ujar Fifie dalam video yang kini sudah ditonton ratusan ribu kali.
Saat mobil dinas berhenti di Jalan Cut Mutia, kejutan baru muncul. Dari dalam mobil keluar remaja perempuan dengan crop top hitam dan jeans biru—yang kemudian diketahui berinisial LS, seorang guru muda. Ia berusaha membela diri dan mengatakan, "Enggak lari kami," sembari menenangkan suasana.
Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Pol Ferry Walintukan, membenarkan bahwa pengemudi mobil dinas Propam tersebut adalah AP (16), anak dari Iptu A, yang merupakan Plt Kasi Propam Polres Tapanuli Selatan.
BACA JUGA:Viral Guru Malaysia Kritik Bahasa Indonesia di Tugas Siswa
"Ia sedang jalan, lalu kebetulan bertemu dengan gurunya. Saat mengantar gurunya pulang, terjadi insiden tabrak lari," ujar Ferry.
Menurut penuturan polisi, sang ayah tidak tahu bahwa anaknya membawa mobil dinas, karena saat itu sedang istirahat di rumah. Namun, publik mempertanyakan: mengapa akses kendaraan dinas bisa sedemikian longgar?
Meski sempat membuat geger, kasus ini ternyata diselesaikan secara kekeluargaan. Korban dan keluarga pelaku sepakat berdamai, tanpa tuntutan ganti rugi. Surat perdamaian telah ditandatangani di Satlantas Polrestabes Medan.
Namun, penyelesaian damai ini tidak serta merta meredam kemarahan publik
Reaksi Netizen
Warganet pun ramai melontarkan kritik pedas. Banyak yang menyayangkan penyalahgunaan fasilitas negara oleh keluarga aparat.
BACA JUGA:Peringatan BMKG: Musim Kemarau Mundur, Hujan Makin Deras!