Crystal Palace Kecam UEFA atas Degradasi dari Liga Europa ke Conference League

Selasa 12-08-2025,23:14 WIB
Reporter : Sahroni
Editor : Sahroni

sultra, disway.id - Crystal Palace melancarkan kritik tajam kepada UEFA setelah diputuskan turun dari Liga Europa ke UEFA Conference League.

Klub berjuluk The Eagles itu menilai keputusan tersebut “mustahil mendapatkan sidang yang adil” dan merampas hak mereka yang diraih di lapangan.

Palace awalnya memastikan tiket Liga Europa usai menjuarai Piala FA pada Mei lalu, gelar mayor pertama mereka dalam 120 tahun sejarah klub.

Kemenangan itu menjadi momen bersejarah, terlebih setelah pekan lalu mereka juga mengalahkan Liverpool lewat adu penalti untuk merebut Community Shield.

Namun, UEFA pada 11 Juli mengumumkan bahwa pasukan Oliver Glasner terpaksa turun ke Conference League.

Alasannya, klub melanggar aturan kepemilikan ganda, karena pengusaha asal Amerika Serikat, John Textor, memiliki saham di Palace sekaligus klub Ligue 1, Lyon, yang juga lolos ke Liga Europa.

Meski Textor melalui Eagle Football dilansir Sports Mole, telah menjual 43% sahamnya di Palace kepada Woody Johnson, UEFA menilai per 1 Maret lalu ia masih memiliki pengaruh menentukan di kedua klub.

Gugatan Gagal di CAS

Palace mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Chairman Steve Parish bahkan hadir langsung dalam sidang maraton selama 10 jam di Lausanne, Swiss, Jumat lalu.

Namun, Senin ini CAS menolak banding tersebut. Akibatnya, Palace harus bermain di babak playoff Conference League pada 21 Agustus melawan pemenang laga Fredrikstad kontra FC Midtjylland.

Pernyataan Resmi

Dalam pernyataan resmi di situs klub, Palace menyebut keputusan UEFA dan CAS telah “menghapus arti dari prestasi olahraga.”

“Ketika kami menjuarai Piala FA melawan Manchester City pada Mei lalu, para pemain dan pelatih telah meraih hak untuk bermain di Liga Europa. Hak itu kini dirampas,” tulis klub.

Mereka menuding adanya “privilege” dan kekuasaan besar yang dimiliki segelintir klub serta pihak tertentu, yang mengikis harapan klub-klub ambisius di Eropa.

Palace juga mengkritik penerapan aturan yang dinilai tidak konsisten dan berpihak.

Selain itu, klub menyoroti proses banding yang dianggap penuh keterbatasan, mulai dari penolakan permintaan dokumen, larangan menghadirkan saksi, hingga kurangnya transparansi. Menurut mereka, kondisi itu membuat peluang mendapatkan keputusan adil menjadi nyaris mustahil.

Panggilan untuk Reformasi UEFA

Palace mendesak UEFA melakukan pembenahan besar, membuat aturan yang jelas, memberikan waktu perbaikan wajar, serta menerapkan sanksi yang konsisten tanpa tebang pilih.

Kategori :