Mengenal Tari Lulo: Simbol Kehangatan yang Dijadikan Ajang Mencari Pasangan Hidup

Makna yang terkandung di balik Tari Lulo --twitter
sultra.disway.id - Tari Lulo adalah salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang berasal dari Suku Tolaki, suku asli yang mendiami wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra).
Tarian ini bukan hanya bentuk hiburan, tetapi juga memiliki makna sosial dan filosofi yang dalam bagi masyarakat setempat.
Sejarah dan Asal Usul Tari Lulo
Kata “Lulo” berasal dari bahasa Tolaki yang berarti “berputar” atau “melingkar”. Tari ini sudah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan lokal di Sulawesi Tenggara dan biasa ditampilkan dalam upacara adat, perayaan panen, hingga pernikahan.
BACA JUGA:Langkah Pemprov Sultra Jaga Kerukunan Umat, Luncurkan Video Warga Desa Suka Damai Muna Barat
Dulu, Tari Lulo hanya dilakukan oleh anggota keluarga kerajaan atau bangsawan sebagai bentuk ritual sakral. Namun, seiring waktu, Lulo menjadi tarian rakyat yang inklusif, melibatkan semua kalangan dan lapisan masyarakat.
Ciri Khas dan Cara Pelaksanaan
Tari Lulo dilakukan dengan berpegangan tangan dan membentuk lingkaran, kemudian para penari bergerak ke arah kiri mengikuti irama musik tradisional.
Musik pengiring biasanya berasal dari alat musik khas seperti gendang, gong, dan seruling bambu, atau kini dengan versi modern seperti musik elektronik (Lulo remix).
Tari ini tidak membedakan usia, jenis kelamin, atau status sosial. Semua orang boleh bergabung dan ikut menari, bahkan dalam perayaan besar, penari Lulo bisa mencapai ratusan orang dalam satu lingkaran besar.
Makna Tersirat dalam Tari Lulo
Tari Lulo bukan sekadar tarian, melainkan cermin filosofi hidup masyarakat Tolaki yang sarat nilai-nilai luhur:
1. Persatuan dan Kesetaraan
Penari membentuk lingkaran tanpa pemimpin atau pusat, melambangkan kesetaraan dan solidaritas.
Siapa pun boleh bergabung dalam lingkaran, menunjukkan keterbukaan dan semangat gotong royong.
BACA JUGA:Danau Biru Kolaka: Pesona Alam Tersembunyi di Desa Walasiho, Kolaka Utara
2. Keharmonisan Sosial
Gerakan yang serempak dan saling mengikuti mencerminkan kerukunan dan kebersamaan antarwarga.
Tak ada kompetisi, semua bergerak bersama dalam satu irama.
3. Keberlanjutan Hidup dan Alam
Sumber: